Selasa, 05 Juni 2012

Disain Instruksional


A.  Pengertian Model Pembelajaran

            Dalam keseharian kita sering mendengar bahkan mengucapkan istilah “model” dan barangkali lebih kita kenal dengan istilah “fashion”. Sebenarnya dalam pembelajaranpun istilah “model” juga banyak dipergunakan.  Milss berpendapat bahwa “model” adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistim.
            Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi penidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap imlementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk peyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
            Model pembeljaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.  Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan dinakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
            Menurut pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides us as we design instruksion help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membeantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
B.  Model Pembelajaran Langsung
            Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
            Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial.  Berdasarkan kedua teori tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat organis melalui peniruan.
            Modeling adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modeling berarti mendemonstrasikan suatau prosedur kepada peserta didik. Modeling mengikuti urutan sebagai berikut :
1.  Guru mendemnstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2.   Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.
3.  Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan jelas, terstruktur, dan berurutan disertai mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4. Peserta didik perlu mengingat lagkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.
            Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta sebgai keterampilan. Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan.
            Sintak model pembelajaran langsung sebgai berikut :
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Establising Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belaknag pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
Fase 2: Demonstating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampila yang benar,  menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3: Guided Practice
Membimbing Pelatihan
Merencanakan dan memberi pelatihan awal
Fase 4: Feed Beck
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah pesserta didik telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5: Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan pengetahuan
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan memperhatikan khusus pada penerapan kepada situasi lebih komleks dalam kehidupan sehari-hari

          Menurut Daniel Muis dan David Reynold, kelima fase pembelajaran langsung dapat dikembangkan sebgai berikut :
1. Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas dan memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui bahwa peserta didik pada poin-poin yang membutuhkan perhatian khusus.
2.    Instructing. Guru memberi infoarmasi dan mengnstrukturisasikannya dengan baik.
3.    Demontrating. Guru menunjukkan, mendeskripsikan, dan membuat model dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat.
4.    Exlaining and Illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode sebelumnya.
5.    Quistioning and Discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif  untuk mengembangkan belajar peserta didik. Guru memnggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup. Guru memastikan bahwa peserta didik dengan semua kemampuan yang dimilikinya terlibat dan memberikan kontribusi di dalam diskusi. Guru memberi waktu kepada peserta didik untuk memikirkan jawabannya sebelum peserta didik menjawab.
6.    Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan menguatkan dan mengembangkan apa yang sudah diajrkan melalui berbagai macam kegiatan di kelas. Guru dapat pula memberi tugas-tugas yang fokuskan dengan baik untuk dikerjakan di rumah. Guru meminta peserta didik bersama pasangan atau kelompoknya melakukan refleksi atau membahas sebuah proses. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik memperluas ide-ide dan penalarannya membendingkannya dan kemudian menyempurnakan metode dan cara yang mereka gunakan. Guru meminta peserta didik memikirkan berbagai macam cara  untuk mendekati sebuah masalah. Guru meminta mereka mengeneralisasikan atau memberi contoh-contoh yang cocok untuk dijadikan pertanyaan umum.
7.    Evaluating pupil’s responses. Guru mengepaluasi presentasi hasil kerja pesrta didik.
8.    Summarizing. Guru merangkum apa yang telah mereka diajarkan dan apa yang sudah dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran. Guru mengidentifikasi dan mengoreksi kesalah pahaman. Guru mengundang peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan  menarik pon-poin serta ide kunci.
            Pelaksanaan model pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar dan sistim pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran dengan model pembelajaran langsung hampir idntik dengan yang digunakan guru ketika menerapkan model presentasi. Dalampembelajaran langsung , guru mengstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fokus akademis, dan berharap peserta didik menjadi pengamat, pendengar, partisipan yang tekun. Perilaku buruk dapat terjadi selama pelajaran dengan model pembelajaran langsung harus ditangani dengan akurat dan cepat.
          Secara ringkas, struktur pemikiran model pembelajaran langsung dapat digambarkan seperti dibawah ini:


 











Lima Fase utama
 
Lihat tabel
 
Sintaks
 
                                   



















 





                Model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, namin ynag paling tepat untuk mata pelejaran yang berorientasi kinerja atau ferforance, seperti mambaca, menulis, matenatika, bahasa, ksenian, biologi, fisika, kimia, TIK (Teknologi Informatika dan  komputer) dan pendidikan jasmani. Model pembelajaran langsung juga cocok untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang lebih berorientasi pada informasi, seperti sejarah, sosiologi dan sejenisnya.
            Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Adapaun kelebihan model pembelajaran langsung ini ialah bahwa pembelajaran lebih dapat ditangkap secara cepat oleh para siswa karena guru menyampaikan materi pembelajaran secara langsung yaitu dimulai dari urutan pertama hingga akhir pembelajaran. Adapun kelemahan dari metode pembelajaran ini ialah bahwa pembelajaran terpusat pada guru atau dikenal dengan istilah TCL (Teacher Center Learning). Kurikulum KTSP menganjurkan bahwa guru hanyalah sebagai fasilisator saja sedangkan yang aktif adalah pebelajar atau siswa itu sendiri atau lebih dikenal dengan SCL (Student Center Learning) pembelajaran berpusat pada siswa.
            Model pembelajaran yang ideal menurut saya adalah model pembelajaran koperatif tipe PQ4R. ‘P” berarti Preview adalah peserta didik  menemukan ide-ide pokok dikembangkan dalam bahan bacaan. “Q’ berarti quention atau bertanya, peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau 5w 1H ( what, who, where, whwn, why, and how). “R” berarti Read secara detail dari bahan bacaan yang dipelajarinya. Pada tahap ini peserta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan.
“R’ kedua berti Reflect. Selama membaca mereka tidak cukup hanya membaca dan menghafal , namun terpenting adalah mereka berdialog dengan apa yang dibacanya. Mereka mencoba memahami apa yang dibacanya. Caranya: (1) menghubungkan apa yang sudah dibacanya dangan hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. (2) mengaitkan sub-subtopik  di dalam teks dengan konsep-konsep. (3) mengaitkan hal-hal yang dibacanya  dengan kenyataan yang dihadapinya.
“R” berarti Recite adalah langkah berikutnya. Pada tahap ini peserta didik diminta merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Terpentig dalam membawakan kembali apa yang telah dibaca  dan dipahami oleh peserta didik adalah mereka mampu merumuskan konsep-konsep, menjelaskan hubungan antar-konsep tersebut dan mengartikulasikan pokok-pokok penting yang telah dibacanya  dengan redaksinya sendiri. Akan lebih baik juka peserta didik  tidak hanya menyampaikannya secara lisan, namun juga dapat berbentuk tulisan.      Langkah terahir adalah peserta didik diminta membuat rangkuman atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Pada tahap ini peserta didik mampu merumuskan kesimpula sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya. Langkah tersebt dinamakan “R” yang berti Review. Dalam pengajaran mata pelajaran  Bahasa Indonesia khususnya pada pokok bahasan membaca maka metode PQ4R ini sangat ideal dilakukan.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar