A.
Pengertian Model Pembelajaran
Dalam
keseharian kita sering mendengar bahkan mengucapkan istilah “model” dan
barangkali lebih kita kenal dengan istilah “fashion”. Sebenarnya dalam pembelajaranpun
istilah “model” juga banyak dipergunakan.
Milss berpendapat bahwa “model” adalah bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistim.
Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi penidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap imlementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di
kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan
untuk peyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di
kelas.
Model
pembeljaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
dinakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran dapat didefenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Menurut
pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides us as we design
instruksion help students achieve various objectives”. Melalui model
pembelajaran guru dapat membeantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
B. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran
langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching.
Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan ini
mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada
seluruh kelas.
Teori
pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan teori belajar
sosial. Berdasarkan kedua teori
tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku.
Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat
mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku
bersifat organis melalui peniruan.
Modeling
adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modeling berarti
mendemonstrasikan suatau prosedur kepada peserta didik. Modeling mengikuti
urutan sebagai berikut :
1. Guru
mendemnstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2.
Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki
peserta didik.
3. Guru mendemonstrasikan berbagai bagian
perilaku tersebut dengan jelas, terstruktur, dan berurutan disertai mengenai
apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4. Peserta
didik perlu mengingat lagkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.
Pembelajaran langsung
dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif
(pengetahuan faktual) serta sebgai keterampilan. Pembelajaran langsung
dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan
yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan.
Sintak model pembelajaran
langsung sebgai berikut :
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1: Establising Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
peserta didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
informasi latar belaknag pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
|
Fase 2: Demonstating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan
|
Mendemonstrasikan keterampila yang
benar, menyajikan informasi tahap demi
tahap
|
Fase 3: Guided Practice
Membimbing Pelatihan
|
Merencanakan dan memberi pelatihan awal
|
Fase 4: Feed Beck
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik
|
Mengecek apakah pesserta didik telah
berhasil mengerjakan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
Fase 5: Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan pengetahuan
|
Mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan memperhatikan khusus pada penerapan kepada situasi
lebih komleks dalam kehidupan sehari-hari
|
Menurut
Daniel Muis dan David Reynold, kelima fase pembelajaran langsung dapat
dikembangkan sebgai berikut :
1.
Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas dan
memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui bahwa peserta didik pada
poin-poin yang membutuhkan perhatian khusus.
2. Instructing. Guru memberi infoarmasi dan
mengnstrukturisasikannya dengan baik.
3. Demontrating. Guru menunjukkan,
mendeskripsikan, dan membuat model dengan menggunakan sumber serta display
visual yang tepat.
4. Exlaining and Illustrating. Guru memberikan
penjelasan-penjelasan akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada
metode sebelumnya.
5. Quistioning and Discussing. Guru bertanya
dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan
dengan seksama jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif untuk mengembangkan belajar peserta didik.
Guru memnggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup. Guru memastikan
bahwa peserta didik dengan semua kemampuan yang dimilikinya terlibat dan
memberikan kontribusi di dalam diskusi. Guru memberi waktu kepada peserta didik
untuk memikirkan jawabannya sebelum peserta didik menjawab.
6. Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan
menguatkan dan mengembangkan apa yang sudah diajrkan melalui berbagai macam
kegiatan di kelas. Guru dapat pula memberi tugas-tugas yang fokuskan dengan
baik untuk dikerjakan di rumah. Guru meminta peserta didik bersama pasangan
atau kelompoknya melakukan refleksi atau membahas sebuah proses. Guru memberi
kesempatan kepada peserta didik memperluas ide-ide dan penalarannya
membendingkannya dan kemudian menyempurnakan metode dan cara yang mereka
gunakan. Guru meminta peserta didik memikirkan berbagai macam cara untuk mendekati sebuah masalah. Guru meminta
mereka mengeneralisasikan atau memberi contoh-contoh yang cocok untuk dijadikan
pertanyaan umum.
7. Evaluating pupil’s responses. Guru
mengepaluasi presentasi hasil kerja pesrta didik.
8. Summarizing. Guru merangkum apa yang telah
mereka diajarkan dan apa yang sudah dipelajari peserta didik selama dan
menjelang akhir pelajaran. Guru mengidentifikasi dan mengoreksi kesalah
pahaman. Guru mengundang peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
dan menarik pon-poin serta ide kunci.
Pelaksanaan
model pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar dan sistim
pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar
selama pelajaran dengan model pembelajaran langsung hampir idntik dengan yang
digunakan guru ketika menerapkan model presentasi. Dalampembelajaran langsung ,
guru mengstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan sangat ketat,
mempertahankan fokus akademis, dan berharap peserta didik menjadi pengamat,
pendengar, partisipan yang tekun. Perilaku buruk dapat terjadi selama pelajaran
dengan model pembelajaran langsung harus ditangani dengan akurat dan cepat.
Secara
ringkas, struktur pemikiran model pembelajaran langsung dapat digambarkan
seperti dibawah ini:
|
|
|
Model pembelajaran langsung
dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, namin ynag paling tepat untuk mata
pelejaran yang berorientasi kinerja atau ferforance, seperti mambaca, menulis,
matenatika, bahasa, ksenian, biologi, fisika, kimia, TIK (Teknologi Informatika
dan komputer) dan pendidikan jasmani.
Model pembelajaran langsung juga cocok untuk komponen-komponen keterampilan
dalam mata pelajaran yang lebih berorientasi pada informasi, seperti sejarah,
sosiologi dan sejenisnya.
Setiap model pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Adapaun kelebihan model pembelajaran
langsung ini ialah bahwa pembelajaran lebih dapat ditangkap secara cepat oleh
para siswa karena guru menyampaikan materi pembelajaran secara langsung yaitu
dimulai dari urutan pertama hingga akhir pembelajaran. Adapun kelemahan dari
metode pembelajaran ini ialah bahwa pembelajaran terpusat pada guru atau
dikenal dengan istilah TCL (Teacher Center Learning). Kurikulum KTSP
menganjurkan bahwa guru hanyalah sebagai fasilisator saja sedangkan yang aktif
adalah pebelajar atau siswa itu sendiri atau lebih dikenal dengan SCL (Student
Center Learning) pembelajaran berpusat pada siswa.
Model pembelajaran yang ideal
menurut saya adalah model pembelajaran koperatif tipe PQ4R. ‘P” berarti Preview
adalah peserta didik menemukan ide-ide
pokok dikembangkan dalam bahan bacaan. “Q’ berarti quention atau bertanya,
peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau
5w 1H ( what, who, where, whwn, why, and how). “R” berarti Read secara detail
dari bahan bacaan yang dipelajarinya. Pada tahap ini peserta didik diarahkan
mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan.
“R’
kedua berti Reflect. Selama membaca mereka tidak cukup hanya membaca dan
menghafal , namun terpenting adalah mereka berdialog dengan apa yang dibacanya.
Mereka mencoba memahami apa yang dibacanya. Caranya: (1) menghubungkan apa yang
sudah dibacanya dangan hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. (2) mengaitkan
sub-subtopik di dalam teks dengan
konsep-konsep. (3) mengaitkan hal-hal yang dibacanya dengan kenyataan yang dihadapinya.
“R”
berarti Recite adalah langkah berikutnya. Pada tahap ini peserta didik diminta
merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Terpentig dalam membawakan
kembali apa yang telah dibaca dan
dipahami oleh peserta didik adalah mereka mampu merumuskan konsep-konsep,
menjelaskan hubungan antar-konsep tersebut dan mengartikulasikan pokok-pokok
penting yang telah dibacanya dengan
redaksinya sendiri. Akan lebih baik juka peserta didik tidak hanya menyampaikannya secara lisan,
namun juga dapat berbentuk tulisan. Langkah
terahir adalah peserta didik diminta membuat rangkuman atau merumuskan intisari
dari bahan yang telah dibacanya. Pada tahap ini peserta didik mampu merumuskan
kesimpula sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.
Langkah tersebt dinamakan “R” yang berti Review. Dalam pengajaran mata
pelajaran Bahasa Indonesia khususnya
pada pokok bahasan membaca maka metode PQ4R ini sangat ideal dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar